Misteri Kuria Kampung Baru di Padang Sidempuan

Koeria Kampong Baroe


Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Staatsblad No. 141 tahun 1862) yang mana Residentie Tapanoeli (Kresidenan Tapanuli) terdiri dari enam afdeeling. Salah satu afdeelingnya disebut Afdeeling Mandheling en Ankola. Salah satu lanskap (kemudian disebut onderafdeeling) adalah Ankola en Sipirok. Di lanskap atau onder afdeeling Ankola en Sipirok ini terdapat sebanyak 14 koeria (yang dikepalai koeriahoofd), yakni:

1.      Kampong-baroe
2.      Si Mapil-Apil
3.      Saboengan Djai
4.      Batoe-nadoea
5.      Oeta Rimbaroe
6.      Si Pirok
7.      Bringin
8.      Praoe Sorat
9.      Soeroemantigi
10.  Pintoe Padang
11.  Si Galangan
12.  Moeara Thais
13.  Pitjar Koeleng
14.  Si Ondop

Pada tahun 1864 ada suatu kejadian pembunuhan sebagaimana dilaporkan di dalam Koran yang mana para kepala-kepala koeria tersebut menjadi anggota rapat (pengadilan lokal). Mereka telah menjadi bagian dari sistem pemerintahan sipil di Ankola en Sipirok. Berdasarkan staatsblads yang dikutip koran Bataviaasch handelsblad, 10-06-1871, semua koeria tersebut diberi tunjangan sebesar f 960 per koeria per tahun (f=GDN).

De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 14-10-1864: ‘Pada tanggal 12 Mei 1864 para kepala koeria telah melakukan rapat (musyawarah) untuk memutuskan tentang suatu kasus pembunuhan oleh Dja N dengan temannya terhadap Sie P, yang mana Dja N memotong kepala Sie P dan mengambil lidah dan bibir atas lalu membawanya ke rumahnya. Dja N beralasan karena Sie P menuduhnya memiliki begu attuk.Atas keputusan rapat para koeria Dja N diganjar hukuman mati dan keluarganya diminta denda satu ekor kerbau dan empat batang besi ditambah uang f 50. Para kepala-kepala koeria yang memutuskan itu adalah Si Mapie Apil, Oeta Rinebara, Bato-nan-doea, Kampong Baroe, Saboengan, Si Pirok, Bringin, Praoe Sorat, Pitjar Kolling, Moeara Thais, Si Galangan, dan Pintoe Padang. Proses pengadilan lokal ini berada di bawah pengawasan Controleur di Padang Sidempoean, T.A.L. Kroesen. Gubernur Sumatra’s Westkust meminta penundaan waktu eksekusi’.

***
Pertanyaan yang masih tersisa adalah dimana letak koeria Kampong Baroe tersebut? Sebab sejak 1862 koeria Kampong Baroe sudah diakui sebagai salah satu koeria di onder afdeeling Ankola en Sipirok dan kepala koeria Kampong Baroe juga telah terlibat dalam pengadilan pribumi (rapat). Menemukan dimana letak Koeria Kampong Baroe berada di tengah Kota Padang Sidempuan bukanlah pertanyaan yang mudah dijawab. Mari kita susun skenarionya:

  1. Dokomen resmi Pemerintahan Belanda baik peraturan perundangan (staatsblad 1952) maupun laporan resmi (terutama Almanak) dari daftar nama-nama koeria yang ada di Ankola, koeria Kampong Baroe berada pada urutan nomor satu. Tentu ada alasannya. Daftar dimulai dari pusat pemerintahan (pusat kota) di Padang Sidempuan.
  2. Nama-nama yang terdapat dalam peta resmi Kota  Padang Sidimpoewan (1880) antara lain Batoena Doewa, Ajoemi, Sitataring, Tanobato, Tamijang, (kampong) Losoeng, Aek Tampang, dan Padang Matinggi, Boeloe Gonting, Panjanggar, Oejoeng Padang, Silandit, Tamijang, Ajoemi.  Moeara Si Pongie, Losoeng, Batang Toehoel, Si Batoe Loting, Poedoen, Baroewas, Oejoeng Goerap dan Batoe Nanga. Jumlahnya tidak banyak, tersebar dan antara satu kampong dengan kampong lainnya berjauhan.
  3. Penetapan koeria dan pengarsipan oleh Balanda tentu saja atas dasar adanya populasi (sumber daya manusia) dan resources (sumber daya alam) untuk maksud pemungutan pajak dan pemberdayaan penduduk untuk pembangunan jalan, jembatan dan irigasi. Kombinasi keduanya untuk menciptakan nilai tambah ekonomi (komoditi perdagangan seperti kopi dan rempah-rempah). Di dalam peta Kota Padang Si Dimpoewan, hanya kampong Batunadua yang terbilang populasinya sangat besar, sedangkan yang lainnya sedikit. Ciri-ciri utama kampong-kampung terdapat sawah sebagai proksi adanya resources yang besar.
  4. Pada peta resmi yang lebih tua (1843) di sekitar Padang Sidempuan hanya empat kampong yang disebut yakni Kotta Rimbaroe, Batoenyang Doewa, Siondop dan Pitjer Kolling. Dengan membandingkan peta 1880, hanya Koeria Batunadua yang di dalam kota, sedangkan Huta Imbaru, Siondop dan Pitjer Kolling berada di luar kota. 
Pertanyaan yang tetap misteri adalah dimana letak Koeria Kampong Baroe, mengapa tidak ada dinyatakan dalam peta kota, sementara di dalam peta lama hanya menyebut Batoe yang Doewa, Kotta Rimbaroe, Siondop dan Pitjer Kolling.


Sumber:
 Akhir Matua Harahap 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tarombo Harahap Tunggal Huayan Jaindomora (Ja Enda Mora) Batunadua

MAHARADJA SOETAN

KURIA DI TAPANULI SELATAN