BATUNADUA DAN ISLAM DI SIPIROK

     



  

     Sebelumnya Penduduk di Sipirok pada umumnya masih beragama Paganisme dan ada  sebagian kecil yang beragama Islam, hingga datangnya para missionaris Barat untuk mengabarkan Injil bagi Penduduk Sipirok, sebagaimana Agama Islam yang belum berkembang di Sipirok demikian juga dengan usaha para misionaris belum begitu membuahkan hasil mengingat Penduduk Pribumi yang bersifat tertutup terhadap orang luar yang dianggap Asing. Berkisar antar Tahun 1856 seorang penginjil Belanda bernama Van Asselt tiba di Kota Padang, Van Asselt bekerja sebagai Pengawas Produksi Perkebunan Kopi milik Pemerintah Hindia Belanda di Angkola. Kemudian Van Asselt melanjutkn perjalanannya ke Sipirok untuk misi penginjilan nya, setibanya di Sipirok ia langsung memulai usaha penginjilan, Dengan berbagi usaha kemudian ia berhasil membaptis dua orang Pribumi yang tercatat sebagai Penganut Agama Kristen pertama di Sipirok bahkan di seluruh wilayah Batak, mereka adalah Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar, namun hal ini tidak serta merta menjadikan Agama Kristen dapat berkembang dengan cepat mengingat kebanyakan kalangan Raja dan Bangsawan Pribumi masih menganut agama kepercayaan lama dan masih sulit untuk meninggalkan tradisi yang sudah diturunkan turun temurun. 

       Pada tahun 1867 Raja Sipirok yang bermarga Siregar dan penduduknya ragu ragu apakah mereka harus memeluk agama Kristen atau Islam, dan kecenderungan ke arah agama Kristen masih tetap ada. Tetapi pada akhirnya faktor penentu adalah Raja, yang merupakan seorang duda yang mana istri yang terakhir telah menjadi Pilar dari Paganisme. Kemudian Raja Sipirok menikah lagi dengan seorang Putri dari Raja Batunadua yang bermarga Harahap, seorang Penganut Islam yang Fanatik yang menjadi jalan bagi berkembang nya Agama Islam di Sipirok, mengingat telah terjalinnya hubungan kekerabatan antara keduanya yang mana pada masyarakat Batak hubungan kekerabatan yang berlandaskan Dlihan Natolu sangat berpengaruh besar dalam tatanan hidup masyarakat Batak. Dan pada saat itu juga telah ikut dengan rombongan Putri Raja Batunadua sekelompok Haji dan Malim (Mu'alim) yang dengan cepat menjadikan Agama Islam Segera mendapatkan Pengakuan dan Supremasi di Wilayah Sipirok. Sampai saat ini Agama Islam menjadi Agama mayoritas Penduduk Sipirok dan dapat berdampingan dengan Penganut Agama lainya, hal ini tentu tidak lepas dari Falsafah hidup yang dianut Masyarakat Batak yaitu Dalihan Natolu. tidak ada keterangan terkait Raja Sipirok yang di maksud apakah dari Parau Sorat, Baringin, atau Sipirok Godang.

        Namun masih banyak kesalahfahaman hingga saat ini yang beranggapan bahwa Agama Islam masuk ke wilayah Mandailing dan Angkola melalui Pasukan Padri yang datang dari Bondjol padahal Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pertama kali Agama Islam masuk ke tanah Batak Mandailing dan Angkola berkisar pada Tahun 1816 dibawa oleh para pedagang dari Minangkabau Sumatera Barat yang banyak melakukan pernikahan dengan perempuan di Wilayah Tapanuli Bagian Selatan dan seiring waktu pemeluk Agama Islam semakin bertambah di tengah tengah masyarakat Batak. Khususnya Tapanuli Bagian Selatan. Pengaruh Pasukan Padri hanya mempercepat perluasan penyebaran Agama Islam di Mandailing dan Angkola yang mana Agama Islam bukanlah hal baru bagi masyarakat Mandailing dan Angkola yang sebagian nya sudah Beragama Islam. Dan juga perang Padri adalah perang yang terjadi akibat pertentangan antara kaum Padri dan kaum Adat di kerajaan Pagaruyung yang sudah beragama Islam dengan dalih pemurnian Agama karena kaum Adat pada masa itu dianggap tidak menjalankan Agama Islam dengan benar dan masih melakukan kebiasaan kebiasaan lama yang bertentangan dengan ajaran Agama Islam.


Sumber : 

Illustrated Home Missionary Journal 1901

Dan Sumber sumber lain


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tarombo Harahap Tunggal Huayan Jaindomora (Ja Enda Mora) Batunadua

MAHARADJA SOETAN

KURIA DI TAPANULI SELATAN